You must be like this, you should be like this.
Mencoba dan mengalah pada suatu hal, yang dianggap memang wajib diikuti, if the part is not you should leave this. Tetapi pada akhirnya malah membuat menjadi "terpaksa mengikuti, demi kebaikan."
Seperti dokter yang memberi obat kepada pasiennya, obat yang diberikan emang rasanya engga enak, terasa pait dan susah untuk ditelan. Namun, jika pasien tersebut tidak meminum obatnya segera, penyakit yang dideritanya tidak akan sembuh. Jadi, dengan terpaksa pasien tersebut meminum obat tersebut untuk kebaikannya dan demi kebaikan orang lain supaya tidak tertular.
Menjadwalkan suatu hal agar jadi tampak teratur merupakan hal biasa bagi saya, karena saya menyukai sebuah keteraturan. Bagaimana dengan beberapa hal yang melenceng dari jadwal tersebut yang tidak sepatutnya terjadi dan malah terjadi berulang kali? I hate that part.
Lalu?
Saya lebih baik diam, untuk menahan sebuah kekecewaan.
Mungkin orang kerap berpikir, hal yang belum terjadi seharusnya patut di maklumkan. Tapi.....
Ada quote dari kutipan sesorang "I'm not a part yang bisa memaklumkan dan mengasihani diri sendiri."
Well...
I'm back to my silence.
Saya sedang merencanakan sesuatu yang sangat berpengaruh sekali untuk masa depan saya dan kita. Kita?
Yup, kita. Saya memperjuangan sesuatu yang baik untuk kebaikan dua orang. Saya merancang sedemikian rupa dengan memikirkan sebab akibat, agar ada pihak yang tidak tersakiti dan kecewa dengan rencana saya.
But...........
One of my friend said, do it your plan, focus in the front without thinking about cause and effect.
But whoaaa...
I can't do the instruction from my friend, I still keeping my stressing on my head without no one care. I get, walk with doubting.
I just wonder, what should I do with my desicion? Should I keep it, and take it? or dismiss it dengan kalimat ekor "demi kebaikan bersama?"
No comments:
Post a Comment